12 Januari 2022
Bayangan di Balik Cermin
Di sebuah rumah tua yang berdiri di pinggiran kota, terdapat sebuah kamar dengan cermin besar yang telah ada selama beberapa generasi. Rumah itu diwarisi oleh Arya, seorang pemuda yang baru saja kehilangan kedua orang tuanya. Rumah tersebut penuh dengan kenangan masa kecilnya, tetapi juga menyimpan kesan suram yang tak pernah ia mengerti.
Cermin besar di kamar tua itu adalah salah satu peninggalan paling aneh. Kerangka kayunya diukir dengan pola rumit, dan permukaannya selalu bersih meskipun Arya tidak pernah membersihkannya. Namun, setiap kali ia berdiri di depan cermin, ia merasa ada sesuatu yang salah. Bayangannya terlihat seperti bergerak sedikit lebih lambat dari dirinya, atau tersenyum saat ia tidak melakukannya.
Suatu malam, saat hujan deras mengguyur, Arya mendengar suara ketukan pelan dari arah kamar tua itu. Dengan hati-hati, ia berjalan menuju sumber suara. Ketika ia membuka pintu, ia melihat bahwa suara itu berasal dari cermin. Arya merasa merinding, tetapi rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya.
Ia mendekati cermin dan menyentuh permukaannya. Tiba-tiba, bayangan dirinya di dalam cermin berbicara, "Akhirnya, kau datang." Suaranya serak, tetapi mirip dengan suara Arya.
Arya melompat mundur, kaget. "Siapa kau?" tanyanya dengan suara gemetar.
"Aku adalah dirimu," jawab bayangan itu. "Dirimu yang lain. Aku telah terperangkap di sini selama bertahun-tahun, menunggu kau datang untuk membebaskanku."
Arya menggelengkan kepala. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."
Bayangan itu tersenyum samar. "Cermin ini adalah portal, sebuah penghubung antara dua dunia. Di sisi ini, aku hidup dalam bayangan. Tapi kau... kau adalah aku yang nyata, dan aku ingin kembali ke tempatku."
Arya merasa bingung. "Bagaimana aku bisa mempercayaimu?"
Bayangan itu memandangnya dengan tatapan penuh kesedihan. "Lihatlah ke dalam hatimu. Kau tahu bahwa ada sesuatu yang selalu hilang dalam hidupmu, bukan? Itu karena aku tidak berada di tempatku. Jika kau membantuku, kita bisa menjadi satu lagi."
Arya terdiam. Ada sesuatu dalam kata-kata bayangan itu yang terasa benar, meskipun ia tidak sepenuhnya mengerti. "Bagaimana caranya?" tanyanya akhirnya.
Bayangan itu menunjuk ke sudut cermin, di mana terdapat sebuah ukiran kecil yang berbentuk seperti kunci. "Kau harus menemukan kunci itu. Kunci itu ada di dalam rumah ini, tersembunyi di tempat yang paling gelap."
Arya mengangguk, meskipun hatinya penuh dengan keraguan. Ia mulai mencari di seluruh rumah, menjelajahi setiap sudut gelap yang selama ini ia hindari. Akhirnya, di dalam sebuah kotak tua yang terkunci di ruang bawah tanah, ia menemukan kunci kecil berwarna perak yang berbentuk sama dengan ukiran di cermin.
Dengan tangan gemetar, Arya membawa kunci itu ke cermin. "Apa yang akan terjadi jika aku membuka ini?" tanyanya.
Bayangan itu tersenyum lebar. "Kita akan menjadi satu. Aku akan kembali ke tempatku, dan kau akan merasa utuh kembali."
Arya mengambil napas dalam-dalam dan memasukkan kunci itu ke dalam ukiran. Saat ia memutarnya, cahaya terang keluar dari cermin, menyilaukan matanya. Ia mendengar suara bayangan itu tertawa—tawa yang berubah dari hangat menjadi menyeramkan.
Ketika cahaya mereda, Arya melihat bayangan itu telah keluar dari cermin, berdiri di depannya dengan wujud yang sama persis dengannya. Namun, matanya berbeda—gelap dan dingin. "Terima kasih, Arya," kata bayangan itu. "Kini, aku bebas. Dan kau... kau akan menggantikanku di sana."
Sebelum Arya sempat bereaksi, bayangan itu mendorongnya ke dalam cermin. Arya merasa tubuhnya tertarik ke dalam kegelapan. Ketika ia membuka matanya, ia melihat dirinya berada di balik cermin, menatap bayangan yang kini menjalani hidupnya di dunia nyata.
Bayangan itu tersenyum padanya melalui cermin, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan, membiarkan Arya terperangkap di dalam dunia bayangan, tanpa ada yang tahu kebenarannya.
Sejak saat itu, cermin besar di kamar tua itu tidak pernah lagi menampilkan bayangan siapa pun yang berdiri di depannya. Namun, setiap malam, suara ketukan pelan terdengar dari dalam cermin, seolah ada seseorang yang mencoba keluar.