Hidup tidak pernah sepenuhnya bisa ditebak.
Kadang berjalan sesuai rencana, tapi lebih sering melenceng jauh dari yang dibayangkan.
Daffa tahu rasanya. Ia pernah merasakannya begitu dalam.
Ia masih mengingat pagi saat membuka hasil ujian CPNS. Udara terasa dingin, secangkir kopi dibiarkan mendingin di meja. Di kepalanya ada mimpi sederhana: menjadi pegawai negeri, menikah dengan seseorang yang ia cintai, dan hidup dengan tenang.
Harapan itu runtuh ketika dua kata muncul di layar. Tidak lulus.
Malamnya, Daffa menatap kalender yang penuh coretan. Di sana ada tanggal yang dilingkari merah, hari pernikahannya. Sekarang, lingkaran itu tak lagi berarti apa-apa.
Undangan belum sempat dikirim. Cincin sudah dikembalikan. Percakapan terakhirnya berakhir dengan kalimat yang masih membekas di kepalanya:
“Aku butuh kepastian, bukan penantian.”
Ia tidak menyalahkan siapa pun.
Namun di antara semua yang hilang, ia merasa kehilangan dirinya sendiri.
Hari-hari setelahnya terasa panjang. Waktu berjalan, tapi hidupnya berhenti.
Tumpukan buku latihan CPNS di sudut kamar berubah menjadi simbol kegagalan. Di tengah diam yang panjang itu, satu pertanyaan muncul dalam hati: Apakah hidup hanya tentang satu jalur yang harus dilalui?
Pertanyaan kecil itu menyalakan sesuatu.
Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, ia membuka laptopnya kembali.
Di layar kosong itu, jari-jarinya mulai menulis. Tidak ada rencana besar, hanya keinginan sederhana untuk mulai lagi. Ia menulis tentang perjalanan, tentang keinginan membantu orang lain menemukan makna di tempat yang jauh.
Tidak ada yang istimewa di awal.
Hanya langkah kecil dari seseorang yang mencoba bertahan.
Dengan sisa tabungan, Daffa membangun startup travel kecil.
Tidak ada kepastian, tidak ada jaminan berhasil.
Yang ia punya hanya keyakinan bahwa hidupnya belum selesai.
Ia belajar dari nol, membaca, mencoba, gagal, dan kembali bangkit.
Setiap kali ia jatuh, ia mengingat sesuatu: dulu ia pernah kehilangan segalanya, tapi tetap bisa berdiri.
Tiga tahun berlalu. Startup yang dulu hanya berisi mimpi kini tumbuh menjadi perusahaan yang melayani ribuan orang.
Bukan karena ia tidak pernah gagal lagi, tapi karena ia tidak lagi takut untuk gagal.
Kini, Daffa bukan lagi pria yang menunggu hasil ujian.
Ia menciptakan jalannya sendiri.
Bukan seseorang yang diukur dari jabatan atau status,
tapi dari keberanian untuk terus melangkah meski sempat hancur.
“Aku mungkin tidak lulus ujian itu, tapi aku lulus dari rasa takutku sendiri.”
Daffa kehilangan cinta, tapi menemukan dirinya.
Ia gagal dalam rencana lama, tapi berhasil membangun hidup baru dengan tangannya sendiri.
Kadang semesta tidak sedang menghancurkanmu. Ia hanya sedang mengarahkanmu ke tempat yang seharusnya.
Sisi Lain Cerita
Setiap peristiwa punya hati di baliknya.
Kami menuliskannya agar kamu tak hanya tahu apa yang terjadi,
tapi juga bisa merasakan bagaimana rasanya berada di sana.
Terinspirasi dari kisah nyata.
Ditulis ulang oleh tim Semesta Bercerita untuk menghadirkan makna dari sisi lain kehidupan.






