Tidak ada yang benar-benar siap menghadapi kehilangan.
Apalagi kehilangan yang datang begitu cepat, tanpa tanda, tanpa peringatan.
Bagi Moko, hidupnya berubah hanya dalam satu malam.
Kemarin, ia masih mahasiswa arsitektur yang sibuk mengejar deadline tugas.
Hari ini, ia menjadi satu-satunya orang dewasa yang harus merawat tujuh keponakannya setelah kakak-kakaknya pergi untuk selamanya.
Dunia yang semula ia kenal dengan tenang berubah menjadi rumah penuh tawa, tangis, dan hiruk pikuk anak-anak.
Ia sempat merasa bingung, kewalahan, bahkan marah pada keadaan. Tapi di tengah kekacauan itu, perlahan ia belajar:
bahwa hidup tidak selalu memberi kita waktu untuk bersiap, tapi selalu memberi ruang untuk tumbuh.
Awalnya, Moko tidak tahu harus mulai dari mana.
Bagaimana memberi makan tujuh anak yang masing-masing punya dunia sendiri?
Bagaimana menenangkan mereka ketika menangis mencari orang tuanya?
Bagaimana menjadi sosok “ayah” sementara ia sendiri masih berusaha memahami arti dewasa?
Hari-harinya berjalan seperti rangkaian ujian tanpa panduan.
Ia belajar memasak seadanya, belajar menenangkan tangis di tengah malam, belajar menahan lelah saat uang belanja tak cukup, belajar mengerti bahwa menjadi kuat bukan berarti tidak boleh merasa lemah.
Namun di balik semua itu, ada hal lain yang juga tumbuh tanpa ia sadari, rasa cinta.
Cinta yang sederhana tapi tulus.
Cinta yang membuatnya bangun setiap pagi, meski tubuhnya ingin menyerah.
Cinta yang menjelma dalam setiap usaha kecil untuk membuat tujuh hati kecil itu tersenyum.
Waktu berjalan, dan Moko mulai terbiasa.
Ia tidak lagi melihat kehidupannya sebagai beban, tapi sebagai tanggung jawab yang mengajarkan makna hidup.
Mimpi untuk menjadi arsitek masih ada, tapi kini bentuknya berbeda
ia sedang membangun “rumah” yang sesungguhnya, bukan dari batu bata, tapi dari kasih dan kesabaran.
Setiap hari, ia melihat perubahan kecil: anak-anak mulai tertawa lagi, belajar, bercanda, berani bermimpi.
Dan di antara semua kesibukan, Moko tersenyum.
Ia sadar, hidupnya memang tidak berjalan sesuai rencana, tapi mungkin inilah rencana terbaik yang semesta punya untuknya.
Hidup tidak selalu tentang seberapa cepat kita meraih mimpi,
tapi seberapa dalam kita bisa bertahan saat dunia tiba-tiba berubah arah.
Moko kehilangan banyak hal, tapi ia juga menemukan sesuatu yang tak ternilai:
makna dari menjadi keluarga.
Sisi Lain Cerita
Tidak semua perjalanan dimulai dengan pilihan.
Beberapa dimulai dengan kehilangan, tapi berakhir dengan kekuatan.
Terinspirasi dari film 1 Kakak 7 Ponakan.
Ditulis ulang oleh tim Semesta Bercerita untuk menghadirkan makna dari sisi lain kehidupan.






